Minggu, 24 Januari 2016

Fenomena Bencana Alam Tanah Longsor di Indonesia

Keadaan geologis tanah di Indonesia yg rata rata terdiri dari tanah lempung yg lunak memberikan ancaman longsoran tanah di banyaknya wilayah Nusantara. Jumlah kerugian & nyawa yg mesti melayang yang merupakan korban bencana alam tanah longsor pula tidak sanggup dilihat sebelah mata.

Tidak Hanya bencana alam masif berupa gempabumi, tsunami, sampai gunung meletus yg mengintimidasi nusantara, ancaman lain yg berwujud pergerakan tanah pula tidak mampu diabaikan. Pergerakan tanah atau yg tidak jarang dinamakan bencana alam tanah longsor teramat tidak jarang berjalan tiap tahunnya.

Berdasar catatan kejadian bencana alam, nyaris semua pulau agung di nusantara mempunyai Kab & atau kota yg berpotensi mengalami ancaman tanah longsor. Ciri utamanya merupakan wilayah yg mempunyai relief & rupa tanah yg kasar, lembek, dgn lereng terjal. Keadaan tanah seperti itu yg tidak sedikit terhampar khususnya di Pulau Jawa diperparah oleh curah hujan yg tidak menentu, terkadang kering tetapi tidak jarang juga hujan deras tidak dengan henti, ditambah juga oleh ancaman bencana alam gempa bumi yg bisa jadi pemicu longsoran tanah.

Dengan Cara umum, ancaman bencana alam pergerakan tanah membayang di daerah dataran tinggi dgn kontur perbukitan. Sampel kejadian terakhir, tanah longsor yg menimbun beberapa ratus hunian penduduk di Pangalengan & Banjarnegara berlangsung di wilayah perbukitan yg tanahnya labil akibat dilanda hujan deras.

Risiko bencana alam tanah longsor memang lah dipengaruhi oleh perihal kepadatan & kerentanan warga yg berada di ruangan rawan pergerakan tanah. Keadaan bangunan & infrastruktur disekitar pergerakan tanah serta jadi pemicu sejauh mana risiko kerugiannya.

Akibat yg paling nyata dari bencana alam tanah longsor ialah tertimbunnya desa atau group warga yg hidup persis diatas atau di bawah bukityang labil tanahnya. Apabila hujan deras telah melanda tidak dengan henti, & tanah di lereng perbukitan yakni tanah lempung kayaknya jamaknya tipe tanah di Pulau Jawa, sehingga kewaspadaan dapat pergerakan tanah pantas diwaspadai.

Kerusakan yg diakibatkan oleh bencana alam tanah longsor benar-benar tidak sebanding seandainya di bandingkan dgn catatan kerugian bencana alam lain di Indonesia. Tetapi, kewasapadaan & proses mengurangi risiko masihlah mesti diperhatikan. Hutan & pepohonan lebat yang merupakan pencegah penting longsoran tanah masih mesti dijaga kelestariannya. Dikarenakan kepada kenyataannya, bencana alam tanah longsor, banjir, & kekeringan berjalan akibat ulah tangan manusia itu sendiri yg tidak mampu merawat & menjaga hutan yang merupakan sarana mutlak resapan air & pengikat tanah di lereng-lereng berbukit.

Beberapa Ratus nyawa yg tertimbun dalam bencana alam tanah longsor di Banjarnegara & Pangalengan sekian banyak bln silam setidaknya bisa jadi pelajaran bagi warga lain yg tinggal di tipe ruang mirip khususnya di Pulau Jawa. Cuma perlu ketika tidak lebih dari sepuluh menit buat menenggelamkan satu dusun dgn 300 lebih penduduknya di Banjarnegara, jateng. Pula mirip bersama yg berlangsung di Pangalengan, bencana alam tanah longsor Pangalengan cuma butuh saat 10 menit utk menerjang bentangan desa seluas 1 Kilometer persegi yg berada persis di bawahnya. (IJL)
sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar