Minggu, 24 Januari 2016
Tregadi Bencana Longsor di Penambangan Rakyat Bengkulu
Bencana tanah longsor menewaskan belasan masyarakat berlangsung di Bengkulu, tepatnya di wilayah Lebong Tandai. Tragedi tanah longsor yg terulang kembali di awal periode hujan minggu perdana bln Desember ini telah harusnya jadi pengingat bahwa masa hujan datang bukan berarti kewaspadaan menyusut. Sebab saat periode kemarau melalui dari membuang jauh potensi kekeringan, sekarang ini masa hujan datang dgn ancaman banjir & tanah longsor. Terakhir, tidak berselang lama sebelum berjalan tanah longsor di Bengkulu, longsoran tanah pula berlangsung di Tasik, Jawa Barat.
Berikut yaitu kronologi detik-detik bencana tanah longsor yg mengambil duka di satu buah penambangan rakyat di Lebong Tandai, Bengkulu.
Dikutip dari Antaranews, Pusat Pengendali Operasi (Pusdaops) BPBD Propinsi Bengkulu, Edwar menyampaikan berita terakhir ada 18 korban longsor yg tertimbun tanah. Jumlahnya 15 korban belum ditemukan. Baru tiga orang korban tanah longsor yg ditemukan, satu orang selamat dgn keadaan patah kaki, & dua orang wafat.
Kejadian tanah longsor ini berjalan di satu buah penambangan rakyat di Dusun Karang Sulu, Desa Lebong Tandai, Kab Bengkulu Utara, Propinsi Bengkulu. Terhadap awalnya, hujan yg teramat deras jadi penyebab awal dari bencana tanah longsor ini. Hujan yg teramat deras tetap mengguyur deras Bengkulu sejak sejak Rabu (2/12) sampai Kamis (3/12). Seterusnya di hri Rabu (2/12) seputar pukul 02.00 dinihari, diwaktu tetap ada belasan orang penambang yg bekerja sejak dinihari, tanah bergetar hebat & seterusnya longsor demikian saja menimbun 18 orang masyarakat beserta sebanyak pondok yg berlokasi di kebun penduduk.
Utk didapati, ruang penambangan rakyat yg longsor berada di kawasan yg amat terpencil. Kumplit dgn keadaan jurusan yg ekstrem & akses menuju ruang tambang yg demikian susah. Bahkan satu-satunya fasilitas transportasi yg sanggup mengambil tim penolong ke area kejadian tanah longsor ialah kendaraan tradisional peninggalan penjajahan Belanda yg akrab dinamakan penduduk setempat dgn sebutan Molek. Kendaraan Molek ini yaitu kereta kecil yg telah dimodifikasi oleh masyarakat buat menempuh rute ekstrem memakai rel buatan Belanda. Di Jawa, Molek mirip bersama kereta Lori mini.
Molek merupakan satu-satunya akses menuju area bencana longsor, buat memutar roda Molek ini, satu buah mesin diesel berkuatan seadanya dihubungkan dgn rantai ke roda & menggerakkan roda Molek menyusuri rel mungil ditengah hutan & tebing curam. Jumlah penumpang maksimal yg dapat diangkut jumlahnya 10 hingga 12 orang.
Bahkan sesudah menempuh perjalan memanfaatkan Molek, tim evakuasi bencana longsor Bengkulu masihlah mesti terjadi kaki tatkala 2 jam sampai tiba di ruangan penambangan rakyat yg longsor. Bersama memakai sarana seadanya berupa cangkul mungil, Pegawai tetap menggali & mencari korban yang lain yg masihlah tertimbun di dalam tanah.
sumber
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar