Selasa, 28 Juni 2016

Trauma Longsor di Purworejo


PURWOREJO - Sebahagian lumpur & tumpukan tanah di tepian jalan itu telah sejak mulai mengering. Walaupun jembatan penghubung lintasan desa menuju Donorati belum dapat dilalui oleh kendaraan roda empat, tapi dulu lalang roda dua ramai berseliweran memenuhi rute sempit penghubung desa itu. Kepulan debu pekat sesekali mengepul tergilas raungan motor yg mengangkut relawan ACT & anggota TNI dari & menuju Desa Donorati.

Hri ke-lima pasca rentetan tragedi longsoran di Dusun Caok, & Desa Donorati, wajah desa di pucuk perbukitan tinggi sebelah timur Kota Purworejo ini belum beralih. Sisa kehancuran runtuhan tanah yg ambrol dari puncak tebing tetap memenuhi tiap segi jalan. Lumpur setinggi puluhan meter yg terserak di bermacam macam titik longsoran itu pula belum dapat buat dibersihkan. Karena konsentrasi perbuatan di tempat kejadian tetap berpusat terhadap pencarian korban tewas yg masihlah tertimbun dalam runtuhan.

Submit“Saya rumahnya di sana, di dusun seberang Donorati. Pagi-pagi udah hancur seperti ini, aku kaget tak terbayang sama sekali mampu separah ini,” ungkap Surahmi, wanita paruh baya yg tinggal tidak berapa jauh dari titik longsoran di Donorati.

Tiap-tiap hri, usai menunaikan sahur & Subuh, umumnya Surahmi bergegas menenteng tas menuju ke pasar. Langkahnya berkejaran bersama terbitnya matahari biar tiba di pasar se pagi kemungkinan, menguber sayuran yg masihlah segar utk dimasak sbg santap berbuka puasa senja kelak. Tapi sejak longsoran menerjang Donorati, adat pagi Surahmi itu kandas. Jalan desa yg menghubungkan menuju ke pasar sudah hancur dgn runtuhan longsor. Lebih-lebih kehancuran pasca longsor yg dirinya tatap bersama tatapan nanar itu berikan secon trauma mendalam. “Saya mengharapkan, kejadian ini ndak berlangsung lagi di dusun aku, dari dahulu ndak sempat berjalan longsor seperti ini,” kata Surahmi bersama suara penuh kecemasan.

Lain lagi dgn kisah Nanda (5 thn) & kakaknya Alit (7 th), lugu itu terukir dalam raut wajah keduanya, tipikal khas bocah desa seumuran mereka yg masihlah duduk di bangku sekolah basic. Tapi disaat ditanya berkenaan kejadian longsor di tengah malam pekan minggu dulu, suara nada mereka mendedahkan seken trauma & ketakutan. Hunian Nanda & Alit cuma selemparan batu dari jajaran hunian yg ambruk tertimbun longsoran tanah dari bukit setinggi nyaris 100 meter.
act.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar